Blogger Widgets

Jumat, 29 November 2013

Guru Private Istimewa


                Kebiasaan sebagian siswa SMA setiap paginya adalah selalu pergi siang ke sekolah. Tidak terkecuali bagi Firda, siswi kelas XII IPA 1 SMA Harapan Bunda ini. Setiap pagi ia selalu datang 5 menit sebelum bel berbunyi. Entah apa yang dikerjakannya di rumah sehingga ia tiba sesiang itu.
            “Firdaaa, apa kamu sudah mengerjakan pr biologi?” tanya Lia.
            “Ya ampun, aku lupa ada pr biologi.”
            “Kalau tidak lupa bukan Firda namanya,” jawab Sesi yang sudah mengetahui kebiasaan Firda yang pemalas.
            “Aku nyontek kamu ya Li, hehe.”
            Ketika Firda menyontek pr Lia, tiba-tiba ada seorang pria yang melewati selasar kelas mereka. Pria yang bertubuh tinggi yang bernama Nino, dia siswa kelas XII IPA 2 yang cukup populer karena prestasinya.
            “Kapan ya ku bisa sepintar dia,” tanya Firda pada kedua temannya.
            “Ah kamu, untuk pr seperti ini saja kamu tidak mengerjakan. Apalagi ingin sepintar Nino,” jawab kedua temannya bersamaa.
            “Siapa tahu ada keajaiban suatu saat.”
            Tidak terasa waktu pelajaran berakhir, waktunya mereka istirahat dan pergi ke kantin. Seperti biasa setelah mengambil pesanan mereka duduk di pojok kantin alasannya karena di meja pojok tersebut mereka lebih leluasa untuk makan dan bersenda gurau. Ketika mereka sedang asik melahap makanan masing-masing, tiba-tiba Nino lewat di samping mereka.
            “Nino, kelas kalian sudah ulangan Fisika belum?” tanya Firda pada Nino.
            “Sudah kemarin, ada apa ya?”
            “Jadi guru private aku dong..  Kamu kan pintar. Kami sekelas masih kurang mengerti.”
            “Hm, bagaimana ya? Masih banyak tugas yang harus aku selesaikan. Nanti saja aku beritahu akunya bisa atau tidak.”
            “Oh, tapi jangan kelamaan ya. Soalnya besok kami sudah ulangan.”
            “Iya, tenang saja.”
            Setelah Nino pergi, kedua teman Firda mentertawakan Firda.
            “Ada apa kalian mentertawakan ku?” tanya Firda.
            “Mimpi apa kamu ada niat belajar seperti itu?”
            “Nanti kalian saja yang belajar. Jika kalian sudah mengerti, aku kan bisa mencontek kalin besok, hahaha.”
            “Ah akal kamu memang licik.”
            Pada saat istirahat kedua, Nino mendatangi mereka bertiga yang duduk di depan kelas.
            “Eh Firda, maaf ya aku tidak bisa mengajari kalian. Aku ada urusan.”
            “Terus kami bagaimana belajarnya nanti?”
            “Tenang, aku sudah mempersiapkan penggantinya.”
            “Pengganti? Siapa?”
            “Ini dia, Fikri namanya. Dia orangnya lebih pintar dari aku.”
            “Ah kamu No, biasa sajalah,” sambung Fikri yang berpostur tinggi dan berkuliat putih.
            “Baiklah, siang ini ya Fik kami ke rumah mu,” sambung Firda.
            “Iya, nanti aku smskan alamatnya.”
            Sesampainya di rumah, Firda langsung bergegas mandi karena sudah ada janji belajar dengan Fikri dan kedua temanya. Tetapi setelah mandi, Firda membuka pesan di handphone nya dari Lia dan Sesi. Mereka berdua tidak bisa pergi belajar karena ada urusan penting. Terpaksa Firda harus pergi sendiri ke rumah Fikri.
            “Assalamualaikum,” ucap Firda di depan pintu rumah Fikri.
            “Waalaikumsalam,” jawab Fikri sambil membuka pintu.
            “Aku kira kalian pergi bertiga, rupanya kkamu sendiri ya.”
            “Temmn-teman aku tidak jadi pergi karena ada urusan katanya. Tak apakan aku sendiri yang datang?”
            “Oh, tidak apa-apa kok. Ayo masuk, kita mulai saja belajarnya.”
            “Iya. Mulai dari mana ya?”
            “Terserah kamu, dari kamu yang tidak mengerti saja.”
            “Aku tidak mengerti semua,Fik,” jawab Firda malu-malu.
            “Oh, ya sudah kita mulai dari awal.”
            Dengan sabar Fikri mengajarkan Firda, dari materi mudah sampai materi yang sulit diajarkannya. Fikri memang baik dan cocok dijadikan teman belajar pikir Firda.
            “Sudah mengerti?” tanya Fikri pada Firda tentang materi yang diajarkannya.
            “Sudah sedikit, tapi aku masih belum yakin untuk ulangan besok.”
            “Jangan pesimis Firda, seperti apapun kondisinya kamu harus tetap optimis.”
            “Benar juga perkataanmu Fikri,” jawab Firda sambil terseyum.
            Keesokkan harinya ulangan pun dilaksanakan, dengan susah payah Firda mengerjakan soal. Dalam hatinya ia berjanji tidak akan menyontek. Setelah jam pelajaran selesai Firda pergi mencari Fikri di kelasnya. Tapi sayangnya ia tidak menemukan Fikri, Fikri sakit hari itu. Firda berniat kan menemui Fikri di rumahnya sepulang sekolah nanti.
            Bel pun berbunyi menandakan jam pelajara terakhir selesai. Firda cepat berlari menuju garasi dan menerjakan niatnya tadi. Sambil di jalan Firda menebak-nebak Fikri sakit apa, parah aau tidak.
            “Assalamualaikum,” ucap Firda di depan pintu rumah Fikri.
            “Waalaikumsalam,” jawab wanita dari dalam rumah.
            “Ada Fikri nya tante?” tanya Firda kepada wanita yang kelihatannya ibu Fikri.
            “Ada, silahkan masuk. Fikrinya sedang demam, mungkin kecapekan.”
            “Apa dia kecapekan gara-gara aku ya,” pikir Firda dalam hati. Ia mulai merasa bersalah.
            “Fik,ada temanmu datang,” panggil ibunya.
            Fikri pun keluar dari kamarnya dengan muka sedikit pucat, menggunakan celana pendek dan kaos bola.
            “Hai, kamu mau main bola ya?” canda Firda.
            “Orang sakit dibilang mau main bola, bagaimana kamu ini.”
            “Hehehe, kamu sakit apa Fik? Sampai tidak sekolah.”
            “Biasalah, aku kecapekan.”
            “Gara-gara mengajariku kemarin ya?”
            “Tidak juga. Eh, bagaimana ulangannya tadi?” tanya Fikri kepada Firda.
            “Oh iya, aku ingin cerita sama kamu bahwa ulangannya sulit. Tapi aku tidak ada mencontek teman-temanku,” jawab Firda dengan bangga karena pertama kalinya ia ulangan tanpa mencontek.
            “Oh, syukurlah. Sudah kubilang, harus tetap optimis.”
            “Iya, terimakasih telah mengajarkanku kemarin. Semoga saja nilai ulanganku nanti tidak buruk.”
            “Iya, kapan kita belajar lagi? Aku siap mengajarkanmu kapan saja.”
            “Nanti ya, jika aku ulangan lagi.”

            Esoknya, tiba hari yang ditunggu yaitu hari pengumuman nilai ulangan fisika kelas XII IPA 1. Dan ternyata Firda mendapatkan nilai diatas kkm yang telah ditentukan. “Terimakasih Fikri kau telah mengajarkanku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Walaupun nilaiku tak setinggi nilaimu, tetapi sudah tuntas merupakan hal yang luar biasa bagiku,” ucap Firda dalam hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar