Kebiasaan sebagian siswa SMA setiap paginya adalah
selalu pergi siang ke sekolah. Tidak terkecuali bagi Firda, siswi kelas XII IPA
1 SMA Harapan Bunda ini. Setiap pagi ia selalu datang 5 menit sebelum bel
berbunyi. Entah apa yang dikerjakannya di rumah sehingga ia tiba sesiang itu.
“Firdaaa, apa kamu sudah mengerjakan
pr biologi?” tanya Lia.
“Ya ampun, aku lupa ada pr biologi.”
“Kalau tidak lupa bukan Firda
namanya,” jawab Sesi yang sudah mengetahui kebiasaan Firda yang pemalas.
“Aku nyontek kamu ya Li, hehe.”
Ketika Firda menyontek pr Lia,
tiba-tiba ada seorang pria yang melewati selasar kelas mereka. Pria yang
bertubuh tinggi yang bernama Nino, dia siswa kelas XII IPA 2 yang cukup populer
karena prestasinya.
“Kapan ya ku bisa sepintar dia,”
tanya Firda pada kedua temannya.
“Ah kamu, untuk pr seperti ini saja
kamu tidak mengerjakan. Apalagi ingin sepintar Nino,” jawab kedua temannya
bersamaa.
“Siapa tahu ada keajaiban suatu
saat.”
Tidak terasa waktu pelajaran
berakhir, waktunya mereka istirahat dan pergi ke kantin. Seperti biasa setelah
mengambil pesanan mereka duduk di pojok kantin alasannya karena di meja pojok
tersebut mereka lebih leluasa untuk makan dan bersenda gurau. Ketika mereka
sedang asik melahap makanan masing-masing, tiba-tiba Nino lewat di samping
mereka.
“Nino, kelas kalian sudah ulangan
Fisika belum?” tanya Firda pada Nino.
“Sudah kemarin, ada apa ya?”
“Jadi guru private aku dong.. Kamu kan pintar. Kami sekelas masih kurang
mengerti.”
“Hm, bagaimana ya? Masih banyak
tugas yang harus aku selesaikan. Nanti saja aku beritahu akunya bisa atau
tidak.”
“Oh, tapi jangan kelamaan ya.
Soalnya besok kami sudah ulangan.”
“Iya, tenang saja.”
Setelah Nino pergi, kedua teman
Firda mentertawakan Firda.
“Ada apa kalian mentertawakan ku?”
tanya Firda.
“Mimpi apa kamu ada niat belajar
seperti itu?”
“Nanti kalian saja yang belajar.
Jika kalian sudah mengerti, aku kan bisa mencontek kalin besok, hahaha.”
“Ah akal kamu memang licik.”
Pada saat istirahat kedua, Nino
mendatangi mereka bertiga yang duduk di depan kelas.
“Eh Firda, maaf ya aku tidak bisa
mengajari kalian. Aku ada urusan.”
“Terus kami bagaimana belajarnya
nanti?”
“Tenang, aku sudah mempersiapkan
penggantinya.”
“Pengganti? Siapa?”
“Ini dia, Fikri namanya. Dia
orangnya lebih pintar dari aku.”
“Ah kamu No, biasa sajalah,” sambung
Fikri yang berpostur tinggi dan berkuliat putih.
“Baiklah, siang ini ya Fik kami ke
rumah mu,” sambung Firda.
“Iya, nanti aku smskan alamatnya.”
Sesampainya di rumah, Firda langsung
bergegas mandi karena sudah ada janji belajar dengan Fikri dan kedua temanya.
Tetapi setelah mandi, Firda membuka pesan di handphone nya dari Lia dan Sesi.
Mereka berdua tidak bisa pergi belajar karena ada urusan penting. Terpaksa
Firda harus pergi sendiri ke rumah Fikri.
“Assalamualaikum,” ucap Firda di
depan pintu rumah Fikri.
“Waalaikumsalam,” jawab Fikri sambil
membuka pintu.
“Aku kira kalian pergi bertiga,
rupanya kkamu sendiri ya.”
“Temmn-teman aku tidak jadi pergi
karena ada urusan katanya. Tak apakan aku sendiri yang datang?”
“Oh, tidak apa-apa kok. Ayo masuk,
kita mulai saja belajarnya.”
“Iya. Mulai dari mana ya?”
“Terserah kamu, dari kamu yang tidak
mengerti saja.”
“Aku tidak mengerti semua,Fik,”
jawab Firda malu-malu.
“Oh, ya sudah kita mulai dari awal.”
Dengan sabar Fikri mengajarkan
Firda, dari materi mudah sampai materi yang sulit diajarkannya. Fikri memang
baik dan cocok dijadikan teman belajar pikir Firda.
“Sudah mengerti?” tanya Fikri pada
Firda tentang materi yang diajarkannya.
“Sudah sedikit, tapi aku masih belum
yakin untuk ulangan besok.”
“Jangan pesimis Firda, seperti
apapun kondisinya kamu harus tetap optimis.”
“Benar juga perkataanmu Fikri,”
jawab Firda sambil terseyum.
Keesokkan harinya ulangan pun
dilaksanakan, dengan susah payah Firda mengerjakan soal. Dalam hatinya ia
berjanji tidak akan menyontek. Setelah jam pelajaran selesai Firda pergi
mencari Fikri di kelasnya. Tapi sayangnya ia tidak menemukan Fikri, Fikri sakit
hari itu. Firda berniat kan menemui Fikri di rumahnya sepulang sekolah nanti.
Bel pun berbunyi menandakan jam
pelajara terakhir selesai. Firda cepat berlari menuju garasi dan menerjakan
niatnya tadi. Sambil di jalan Firda menebak-nebak Fikri sakit apa, parah aau
tidak.
“Assalamualaikum,” ucap Firda di
depan pintu rumah Fikri.
“Waalaikumsalam,” jawab wanita dari
dalam rumah.
“Ada Fikri nya tante?” tanya Firda
kepada wanita yang kelihatannya ibu Fikri.
“Ada, silahkan masuk. Fikrinya
sedang demam, mungkin kecapekan.”
“Apa dia kecapekan gara-gara aku
ya,” pikir Firda dalam hati. Ia mulai merasa bersalah.
“Fik,ada temanmu datang,” panggil
ibunya.
Fikri pun keluar dari kamarnya
dengan muka sedikit pucat, menggunakan celana pendek dan kaos bola.
“Hai, kamu mau main bola ya?” canda
Firda.
“Orang sakit dibilang mau main bola,
bagaimana kamu ini.”
“Hehehe, kamu sakit apa Fik? Sampai
tidak sekolah.”
“Biasalah, aku kecapekan.”
“Gara-gara mengajariku kemarin ya?”
“Tidak juga. Eh, bagaimana
ulangannya tadi?” tanya Fikri kepada Firda.
“Oh iya, aku ingin cerita sama kamu
bahwa ulangannya sulit. Tapi aku tidak ada mencontek teman-temanku,” jawab
Firda dengan bangga karena pertama kalinya ia ulangan tanpa mencontek.
“Oh, syukurlah. Sudah kubilang,
harus tetap optimis.”
“Iya, terimakasih telah
mengajarkanku kemarin. Semoga saja nilai ulanganku nanti tidak buruk.”
“Iya, kapan kita belajar lagi? Aku
siap mengajarkanmu kapan saja.”
“Nanti ya, jika aku ulangan lagi.”
Esoknya, tiba hari yang ditunggu
yaitu hari pengumuman nilai ulangan fisika kelas XII IPA 1. Dan ternyata Firda
mendapatkan nilai diatas kkm yang telah ditentukan. “Terimakasih Fikri kau
telah mengajarkanku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Walaupun nilaiku tak
setinggi nilaimu, tetapi sudah tuntas merupakan hal yang luar biasa bagiku,”
ucap Firda dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar